Nasib seseorang tidak pernah ada yang tahu, terkadang kita berada di atas dan terkadang kita berada di bawah. Seperti yang dialami bocah ini, anda kenal siapa? Nanti kita ungkap.
Jauh dari gemerlap Liga Inggris, di Sao Paulo, Brasil, di sebuah jalanan yang penuh dengan kemiskinan terdapat sebuah lapangan yang tidak bisa dibilang layak.
Lapangan yang akan berlumpur apabila cuaca hujan dan berdebu ketika cuaca kering dan terletak berdampingan dengan penjara. Ada seorang anak yang bermain untuk klub lokal Pequeninos, bocah yang dikenal tetangganya sebagai bocah pendiam, murah senyum dan hanya tertarik dengan sepakbola.
Besar di keluarga broken home bocah ini tidak pernah mengenal sosok ayahnya, hanya dibesarkan oleh sang ibu sebagai orang tua tunggal. Bocah ini merupakan bungsu dari empat bersaudara, dan menjadikan ibunya sebagai sosok inspirasi utama baginya.
Dirinya menghabiskan waktu selama empat tahun di klub lokal tersebut, ikut bermain juga di pertandingan yang disebut Varzea.
Varzea seperti basket jalanan di Amerika atau sepakbola semi profesional di Eropa. Pada pertandingan tersebut dirinya seringkali bermain menghadapi pemain yang lebih tua darinya dan seringkali hal- hal curang atau kotor terjadi di pertandingan tersebut. Dirinya seringkali menjadi incaran pemain lawan, bahkan pernah suatu ketika pemain tengah lawan terang- terangan mengatakan akan menghancurkan kakinya apabila si bocah menggiring bola melewati dirinya lagi.
Namun semua itu terbayar ketika dirinya bergabung dengan salah satu klub terkenal Brasil yaitu Palmeiras sebagai pemain muda pada 2013. Penampilannya pun gemilang, mencetak 54 gol dari 48 laga membuatnya mendapatkan kontrak profesional dari Palmeiras, dan tidak lama kemudian pada awal 2017 dirinya di rekrut oleh klub yang sekarang sedang memuncaki klasemen Liga Inggris Manchester City. Namun hal tersebut ternyata sudah di prediksi oleh pelatihnya kala di Pequeninos.
Sudah tahu siapa pemain ini? Ya Gabriel Jesus. Pelatihnya saat itu sudah mengetahui bakatnya tersebut, Jose Francisco Mamede mengatakan “saya selalu yakin, bahwa dirinya akan menjadi menjadi pemain top”.
“Ketika kami memilikinya saat muda, saya memprediksi bahwa dia akan menjadi pemain profesional, bermain untuk tim nasional Brasil dan mendapatkan kontrak besar dari luar negeri”
“Gabriel tidak pernah melewatkan latihan dan tidak pernah melewatkan pertandingan. Saya memiliki 10 pemain yang sama baiknya, jika tidak lebih bagus darinya, tapi mereka tidak berhasil karena mereka malas. Sesuatu yang tidak pernah ada pada diri Gabriel” tambah Mamede.
Gabriel Jesus bukanlah tipe individu kacang lupa kulit, walaupun telah bermain untuk klub sebesar Manchester City sampai dengan saat ini masih ingat dengan klub masa kecilnya tersebut. Dirinya mengatakan “ Pequeninos lebih dari sekadar klub sepakbola. Bagi saya, semua mimpi saya, apa yang saya miliki hari ini, semuanya berawal dari Pequeninos”
Selain itu dirinya juga tetap mengingat sosok ibunya yang merupakan sosok inspirasi baginya. Sampai dengan hari ini Gabriel Jesus masih menelepon ibunya kala dia berhasil mencetak gol entah itu kala bermain dengan kawan- kawan lamanya di kampung halaman atau ketika bermain di Liga Champions.
Luar biasa ya, kisah Gabriel Jesus mengajarkan kita jangan pernah patah semangat untuk menggapai impian. Tetaplah bermimpi dan berusaha, dan ketika semuanya telah tercapai tetaplah ingat darimana dirimu berasal, rendah hati dan tetap membumi. Silahkan bagikan kisah inspiratif Gabriel Jesus, untuk membagi nilai positif ini kepada kawan- kawan lainnya.
sumber artikel asli
sumber artikel asli
Comments
Post a Comment